5 Bisnis yang Bikin Indonesia Tajir - Nusa kasus a
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

5 Bisnis yang Bikin Indonesia Tajir

Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberpa tahun mendatang tengah dikejar oleh pemerintah. Sebab, saat ini Indonesia tengah menghadapi kelesuan ekonomi, disamping beberapa negara tetangga mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup siginifkan.

Seperti Vietnam, dari sisi produktivitas Indonesia kalah dibandingkan negara ini. Berdasarkan perhitungan Implemental Capital To Output Ratio (Icor) atau tingkat produktuvitas sebuah negara, Indonesia tertinggal oleh Vietnam.

Dari tingkat Icor tersebut Indonesia berada di level 6,6 persen dengan pertumbuhan ekonomi 5,1 persen. Sedangkan Vietnam tingkat Icor berada pada level 4,6 persen dengan pertumbuhan ekonomi 7 persen.

Semakin tinggi rasio Icor terhadap pertumbuhan ekonomi, semakin rendah pula tingkat efisiensi produksi nasional atau semakin tidak produktif. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, kedepan ada lima sektor ekonomi yang bisa menjadi motor penggerak ekonomi nasional.

“Prospek ekonomi ada 5 sektor yang bisa dorong transformasi ekonomi. Garmen, food, otomotif, elektronik dan foorwear (alas kaki). Kalau kita keroyokin ini bisa hasilkan devisa, dorong pertumbuhan ekonomi dan tingkatkan permintaan,” ujar Perry di Jakarta.

Selain itu, Indonesia juga masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Seperti pemanfaatan bonus demografi, penurunan suku bunga, hingga mendorong tingkat laju ekspor produk dalam negeri.

Kemudian juga sektor pariwisata dan pemerataan ekonomi, dengan struktur geografi yang luas, diperlukan pemerataan ekonomi, agar pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa diatas 6 persen.

Seperti pembangunan destinasi 10 Bali baru yang tengah digencarkan oleh pemerintah.

“Tahun ini memang masih di bawah 5,2 persen, tapi within the next 5 year kita bisa tembus 6 persen. Kami yakin pertumbuhan ekonomi ke depan akan terus enaik, memang agak slow di awal, tapi bakal lebih cepat kedepan,” papar Perry.

Ekonomi Melambat

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II tahun 2019 ini lebih rendah dibandingkan kuartal I 2019 sebesar 5,07 persen.

“Pertumbuhan ekonomi kuartal II-2019 memang melambat bila dibandingkan kuartal I 2019. Bahkan jauh lebih melambat jika dibandingkan kuartal II 2018. Sehingga kita perlu membedah apa yang membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 5,05 persen di kuartal II-2019,” ujar Kepala BPS Suhariyanto.

Melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional pada periode ini juga disebabkan oleh menurunnya harga komoditas. Mulai dari batu bara, hingga minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO).

Tercatat, harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada kuartal II 2019 turun 6,12 persen dibandingkan ICP pada kuat II 2018. Penurunan juga terjadi pada harga batu bara yang merosot 22,9 persen dan minyak sawit yang tergerus 16,7 persen.

“Ekspor utama kita adalah batu bara dan CPO minyak sawit mentah. Sehingga penurunan harga ini akan berpengaruh pada kegiatan ekspor dan impor yang menjadi komponen pertumbuhan PDB,” jelas Suhariyanto.